Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN ke 18 di Jakarta menyepakati 10 isu penting bagi negara-negara di kawasan ini, termasuk pembentukan Komunitas ASEAN di tengah-tengah komunitas global.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam keterangan persnya di hadapan media minggu malam menyampaikan point pertama dari kesepakatan 10 Pemimpin ASEAN.
Presiden Yudhoyono mengatakan, “Kita berharap konektifitas ASEAN yang terus kita bangun dan wujudkan pada saatnya nanti bisa mengurangi disparitas atau kesenjangan pembangunan di antara negara-negara ASEAN atau narrowing the development gap antara negara-negara ASEAN.”
Sementara itu, isu lainnya yang juga menjadi perhatian adalah menciptakan ketahanan pangan dan energi di kawasan ini, serta mengupayakan solusi damai dalam Konflik Perbatasan antara Thailand dan Kamboja.
“Pemimpin ASEAN memiliki sikap yang sama, dan mendorong baik Thailand maupun Kamboja untuk memilih peaceful solution atau solusi damai,” demikian Presiden Yudhoyono.
Dalam pertemuan tahunan kali ini, negara-negara di ASEAN juga menentukan arah kebijakan yang diambil dalam berbagai kerjasama regional dan sub kawasan yang ada serta menjadikan ASEAN sebagai organisasi yang berbasis pada kerjasama antar organisasi dalam masyarakat.
Selanjutnya, Presiden Yudhoyono mengatakan, “Kita bersepakat bahwa agar betul betul ASEAN itu menjadi People Centered Organization yang juga memiliki agenda untuk meningkatkan kerjasama di bidang sosial dan budaya.”
Mengenai rencana pembentukan komunitas ASEAN di tahun 2015. Pengamat Hubungan Internasional dari Universitas Paramadina, Dinna Wishnu, mengatakan, “Kalau kita bicara ASEAN COMMUNITY dengan visi, one vision, one identity, one community by 2015, target tersebut memang tinggi sekali. Sulit sekali tercapai..paling bisa di tahun 2015 adalah salah satu komponen tercapai..itu sudah lumayan sekali..tapi untuk mencapai tiga-tiganya saya rasa masih jauh.”
Dalam pandangan Dinna ada banyak pekerjaan rumah yang belum tersentuh dalam KTT ASEAN kali ini seperti misalnya persoalan perempuan dan perlindungan anak, hak asasi manusia, pekerja migran dan juga pendidikan. Kesepakatan ASEAN masih berkutat di level kepala negara, namun masih lemah dalam implementasi kebijakan itu pada level masyarakat. Salah satunya bisa dilhat pada apa yang terjadi pada konflik antara Thailand dan Kamboja.
“Fakta bahwa isu ini belum terselesaikan sama sekali, dan masih akan dibicarakan dalam tingkat menteri luar negeri lanjutan di Jakarta, membuktikan memang belum ada kesepakatan di negara ASEAN tentang mekanisme penyelesaian konflik di antara mereka dan masih ada kecurigaan yang cukup besar,” ujar Dinna Wishnu.
Isu strategis yang juga disepakati dalam KTT ini adalah kerjasama penanganan bencana alam, termasuk percepatan keanggotaan Timor Leste dalam ASEAN serta kesiapan Myanmar untuk menjadi Ketua ASEAN di tahun 2014 serta kesiapan Laos menjadi Ketua ASEAN di tahun 2016 mendatang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar